Minggu, 27 November 2011 | By: bahasaku

Kalimat dan Unsur-Unsurnya

Kalimat adalah bagian ujaran yang mempunyai struktur minimal subjek (S) dan predikat (P) dan intonasinya menunjukkan ujaran yang bermakna lengkap. Intonasi final kalimat dalam bahasa tulis adalah berupa tanda baca titik, tanda tanya, atau tanda seru, sedangkan dalam bahasa lisan berupa intonasi berhenti.
Unsur-unsur kalimat dalam buku-buku tata bahasa Indonesia lama lazim disebut jabatan kata dalam kalimat, yaitu subjek (S), predikat (P), objek(O), pelengkap (Pel), dan keterangan (Ket). Kalimat bahasa Indonesia_baku sekurang-kurangnya terdiri atas dua unsur, yakni subjek dan predikat. Fungsi unsur yang lain (objek, pelengkap, dan keterangan) dalam suatu kalimat dapat wajib hadir, tidak wajib hadir, atau wajib tidak hadir.

1.Predikat
Predikat (P) adalah bagian kalimat yang memberitahuan subjek dalam keadaan bagaimana atau sedang melakukan apa. SeIain menyatakan tindakan atau perbuata subjek (S), sesuatu yang dinyatakan oleh P dapat pula mengenai sifat, situasi, status, ciri atau jati diri S. Predikat dapat berupa kata atau frasa, sebagian besar berkelas verba atau adjektiva, tetapi dapat juga nomina atau frasa nominal. Perhatikan contoh berikut ini.
Contoh:
(1) Ayah sedang tidur siang.
(2) Putrinya cantik jelita.
(3) Kota Jakarta dalam keadaan aman.
(4) Kucingku belang tiga.
(5) Robby mahasiswa baru.
(6) Ibunya penjual gado-gado.
(7) Mobilnya dua.
(8) Paman ke Jakarta.
Kata-kata yang dicetak miring dalam kalimat (1)—(8) adalah P.

Kalimat-kalimat di bawah ini bukan kalimat yang benar karena tidak memiliki P yang jelas.
(9) Adik saya yang gendut lagi lucu itu.
(10) Kantor kami yang terletak di depan hotel.
(11) Jakrta yang terkenal sebagai kota metropolitan.
(12) Ina yang cantik itu.
(13) Paman yang ke Jakarta.
Karena belum mempunyai P yang jelas, rangkaian kata-kata yang cukup panjang di atas belum merupakan kalimat, melainkan masih merupakan frase (kelompok kata).

Pidato Sambutan Halal Bihalal

Bapak-bapak dan Ibu-ibu yang kami hormati,
Hadirin dan hadirat yang berbahagia,
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-Nya yang telah diberikan kepada kita semua, sehinggga pada malam yang berbahgia ini kita masih bisa diberi kenikmatan, sehingga kita semua yang hadir disini dapat bertemu bersilaturahmi, khususnya dalam acara halal bihalal, dalam rangka memperingati Hari Raya Idul Fitri yang berbahagia ini.

Hadirin dan hadirat yang berbahagia.
Saya atas nama Ketua Panitia halal bihalal, sudah sepantasnya saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada hadirin, yang dengan penuh keikhlasan telah sudi meluangkan waktu untuk menghadiri acara Halal bihalal ini, dengan penuh kesadaran, menghariri undangan yang telah kami sebarkan.

Sebagai umat Islam sudah selayaknya kita berlapang dada, khususnya terhadap sesama muslim dan muslimah, yang sudah barang tentu dalam kehidupan sehari-hari melakukan hal-hal yang membuat kita khilaf, rasa salah dan rasa berdosa. Untuk itu dalam kesempatan yang berbahgia ini kami mengajak hadirin dan hadirat, untuk melapangkan dada, membuka hati dengan rasa sabar dan penuh keikhlasan, atas ridla Allah meminta dan memberi maaf atas kesalahan di antar kita semua, baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja.

Pada kesempatan yang berbahagia ini pula, acara akan diisi oleh siraman rohani dengan tema “Hikmah dari Halal Bihalal” yang akan disampaikan oleh Bpk Ustad….. Kami mengucapkan banyak terima kasih atas kesediaan Bapak untk hadir dan memberikan ceramah pada majlis yang mulia ini.
Selaku pribadi dan selaku ketua Panitia, kami dalam kesempatan ini pula kami mohon maaf kepada hadirin jika ada sesuatu selama ini yang kurang berkenan di hati para hadirin sekalian. Semoga Allah mengampuni dosa dan kesalahan diantara kita semua dan memberikan kekuatan lahir dan bathin. Amin..

Akhirulkalam, Wabilahitaufiqwalhidayah
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Penulisan Daftar Pustaka

Salah satu bagian yang harus ada dalam penulisan karya ilmiah murni adalah daftar pustaka atau bibliografi. Keberadaan daftar pustaka mencerninkan kualitas karya ilmiah dan kompetensi penulisnya juga sebagai wujud rasa terima kasih dan penghargaan terhadap penulis pendahulunya.
Ketentuan penulisan daftar pustaka antara lain :
- dituliskan pada halaman tersendiri
- disusun menurut abjad dan nama akhir pengarangnya atau lembaga yang
   menerbitkannya,
- setiap pustaka tidak diberi nomor urut seperti: 1,2,3, dan seterusnya;
   atau huruf; seperti: a,b,c,  dan seterusnya.
  Ketentuan penulisan lainnya sebagai berikut:

A. Bila Bersumber dari Buku
(1) Penulisan Nama Penulis
a. Cantumkan nama penulis berdasarkaa abjad tanpa menuliskan titelnya.
    Misalnya:
    Prof. Dr. Budiono, M.Sc. —> Budiono
    Ir. Limantoro, Ph.D. —> Limantoro

b. Jika nama penulis terdiri atan dua unsur kata atau lebih, unsur kata
    terakhir yang dituliskan lebih dahulu, kemudian diberi tanda koma.
    Contoh :
    Prof. Dr. Suripan Sadi Hutomo —> Hutomo, Suripan Sadi
    Prof. Dr. Ramlan Surbakti, M.A. —> Surbakti, Ramlan

c. Jika nana penulisnya dua orang, nama penulis pertama ditulis
    sebagaimana ketentuan `(b) di atas dan nama penulis kedua tetap.
    Contoh :
    Dede Oetomo, Ph.D. dan Dr. Daniel Sparingga
     —> Oetomo, Dede dan Daniel Sparingga

d. Jika penulis buku lebih dari dua orang, nama penulis pertama (utama)
    mengikuti ketentuan (b) di atas, diikuti singkatan dkk. yang merupakan
    singkatan dan kawan-kawan.
    Contoh:
    Halim, Amran, dkk.Oka, I Gusti Ngurah. dkk.

e. Jika nama penulisnya tidak ada atau tidak dicantumkan, maka yang
    dituliskan adalah nama lembaga yang menerbikannnya.
    Contoh:
    Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa,
    Lembaga Administrasi Negara,

f. Bila buku itu disusun oleh seorang editor, di belakang nama
   pengarangnya dituliskan kata Editor di dalam kurung.
   Contoh:
   Koentjaraningrat (Editor).
   Moeliono, Anton (Editor).

g. Gelar kesarjanaan tidak perlu dituliskan, tetapi gelar kebangsawanan
    atau keturunan tetap harus dituliskaa
    Contoh:
    Drs. Aliman —> Aliman
    R. Ng Poerbarjaraka —> Poerbatjaraka, R. Ng
Sabtu, 29 Oktober 2011 | By: bahasaku

hikayat si miskin


HIKAYAT SI MISKIN
Karena sumpah Batara Indera, seorang raja keinderaan beserta permaisurinya bibuang dari keinderaan sehingga sengsara hidupnya. Itulah sebabnya kemudian ia dikenal sebagai si Miskin. Si Miskin laki-bini dengan rupa kainnya seperti dimamah anjing itu berjalan mencari rezeki berkeliling di Negeri Antah Berantah di bawah pemerintahan Maharaja Indera Dewa. Ke mana mereka pergi selalu diburu dan diusir oleh penduduk secara beramai-ramai dengan disertai penganiayaan sehingga bengkak-bengkak dan berdarah-darah tubuhnya. Sepanjang perjalanan menangislah si Miskin berdua itu dengan sangat lapar dan dahaganya. Waktu malam tidur di hutan, siangnya berjalan mencari rezeki. Demikian seterusnya.

Ketika isterinya mengandung tiga bulan, ia menginginkan makan mangga yang ada di taman raja. Si Miskin menyatakan keberatannya untuk menuruti keinginan isterinya itu, tetapi istri itu makin menjadi-jadi menangisnya. Maka berkatalah si Miskin, “Diamlah. Tuan jangan menangis. Biar Kakanda pergi mencari buah mempelam itu. Jikalau dapat, Kakanda berikan kepada tuan.” Si Miskin pergi ke pasar, pulangnya membawa mempelam dan makanan-makanan yang lain. Setelah ditolak oleh isterinya, dengan hati yang sebal dan penuh ketakutan, pergilah si Miskin menghadap raja memohon mempelam. Setelah diperolehnya setangkai mangga, pulanglah ia segera. Isterinya menyambut dengan tertawa-tawa dan terus dimakannya mangga itu.